Weekend’s Getaway: Pulau Harapan, Kepulauan Seribu

5:10 PM


9-10 Juni 2012, gue dan beberapa teman (totalsemuanya 11 orang) kembali melakukan perjalanan singkat untuk sejenak lari darikenyataan, pada suatu weekend dalam minggu yang SUPER hectic. Kami melarikan dirike Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. Aseli Kepulauan Seribu sangat patutdiperhitungkan untuk short escape saat weekend atau weekend’s getaway.

Berangkat jam setengah 6 pagi menuju ke Muara Angke,untuk mengejar kapal Dolphin yang dijadwalkan akan berangkat pukul 7 pagi.Bayangkan seperti apa rasanya pagi-pagi yang harus dihirup oleh hidung iniadalah bau amis yang super menusuk. Uh! Belum lagi, kapal yang harusnyaberangkat pukul 7 itu baru berangkat pukul setengah 9. Setelah menghabiskanwaktu hampir tiga jam di laut dengan goyangan kapal yang luar biasa kencang (arus air sedang tinggi), kami pun tiba di Pulau Harapan dengan segenap harapan tentang keindahan dan short escape yang worth the journey.

Inside Dolphin

Sampai di pulau, kami dibawa oleh guide kami ke penginapan yang ternyata terletak di pinggir laut dan langsung menghadap laut dan sekaligus menantang matahari, silaunya bukan main. Penginapan kami berupa sebuah rumah dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang televisi dengan karpet, air conditioner, dan dispenser. Dan sebuah warung kecil tepat di samping rumah. HAH! No worry about food! Hahaha.


Penginapan
Selepas dzuhur, kami langsung bersiap menuju ke kapal nelayan yang sudah kami sewa untuk kemudian mengarungi laut menuju snorkling’s spots di sekitar pulau. Saat sudah berada di air, waktu berlalu tanpa terasa, yang awalnya kami akan mengunjungi 3 snorkling’s spot dan 2 pantai pasir putih, pada akhirnya harus puas hanya dengan ber-snorkling di dua spot dan sisanya bersenang-senang di dua pantai pasir putih.










Untuk urusan bawah laut, Kepulauan Seribu yang notabene masuk wilayah Jakarta (yang satu-satunya pantai adalah pantai buatan yang kotor dan bau), punya keindahan bawah laut yang memukau dan patut diperhitungkan. Karang-karang besar tidak jauh dari permukaan laut, dapat dilihat dari atas kapal. Ikan-ikan lucu yang kerap melintas tanpa permisi, belum lagi banyak bintang laut cantik. Tapi, sayangnya Kepulauan Seribu (pulau manapun), mudah sekali ditemukan bulu babi. Kepulauan Seribu nampaknya menjadi semacam ladang bulu babi. Menyeramkan.
Untuk urusan pantai, saat membicarakan Kepulauan Seribu, tolong sebelumnya dibuang dulu bayangan pantai buatan dan kotor dan bau. Pantai-pantai di sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu cukup cantik (terutama di pulau-pulau bagian atas gugusan Kepulauan Seribu), hutan hijau yang dikelilingi pasir putih yang sangat kontras mengambang di atas air laut yang biru tua, biru, biru muda, sampai ke hijau. Akan tetapi, pada kunjungan ketiga ini (setelah sebelumnya ke Pulau Tidung dan Pulau Pramuka), sangat menyedihkan di lautnya terlihat banyak sampah mengambang bahkan kapal kecil kami sempat berhenti di tengah laut karena sampah plastic bekas detergen menyangkut di mesin kapal. Lalu, saat di pantai, kami menemukan juga beberapa sampah hasil perbuatan manusia-manusia tidak bertanggung jawab, yang cuma tau menikmati dan mencuri keindahan tanpa berusaha menjaga keindahan. Ironis.

Ah sudahlah, yang penting kami bukan bagian dari manusia-manusia itu. Hari sebelum berangkat ke pulau ini, Jakarta diguyur hujan, which is agak bikin cemas, kalau sampai saat di pulau hujan turun, amsyong liburan. Tapi, ternyata siang selama kami menikmati keindahan bawah laut dan keseruan bermain pasir putih, tak sedikit pun hujan turun. Akan tetapi, cuaca berubah saat senja datang. Alhasil, kami gagal mendapatkan matahari terbenam. Berhasil mendapatkan terumbu karang, ikan-ikan cantik, bintang laut, dan pasir putih, tetapi tidak mendapatkan matahari terbenam itu heartbreaking. Ada yang kurang. Belum sempurna. Sedih.

Yang terjadi kemudian, tengah malam entah pukul berapa sampai pukul berapa, hujan badai turun (well, gue nggak denger sama sekali sih hujan turun). Pantes nggak dapet matahari terbenam.

Keesokan paginya, pukul setengah 9 kami kembali menaiki kapal kecil kami dan berlayar untuk mengunjungi beberapa pulau sekitar. Karena waktu yang sangat mepet dengan jam pulang kami, akhirnya kami hanya dapat berkunjung ke dua pulau, pulau pertama adalah Pulau Bulat. Pulau Bulat adalah sebuah pulau pribadi yang pemilikinya adalah Tommy Soeharto (you must know who he is). Pulau kecil dengan satu rumah besar dan dua atau mungkin tiga cottage di belakangnya. Aduh sulit untuk mendeskripsikan keindahan dan ketenangan pulau satu ini. Semenjak sudah tidak ada pemiliknya yang berkunjung, pulau itu jadi seperti mati (kalau saja tidak ada pengunjung atau petugas kebersihan pulau). Sangat amat disayangkan sebetulnya, karena pulau ini sangatcantik, in short, tempat yang sangat amat cocok untuk bulan madu. Hahahaha. Romantis. Ya, kalian bisa membayangkan tempat ini kira-kira seperti apa. Inget Breaking Dawn? Sedikit mirip tapi Pulau Bulat lebih natural.


Tommy Soeharto's Cottage at Pulau Bulat
Setelah Pulau Bulat, kami melanjutkan melihat bayi-bayi Penyu di penangkaran Penyu. Ya layaknya penangkaran penyu lainnya, di sini kami bermain dengan bayi-bayi penyu yang imut dilengkapi dengan sedikit tanya jawab dengan salah satu pengurusnya. Sayangnya, yang ada di penangkaran hanya bayi penyu, padahal sangat ingin berfoto bersama induk penyu (padahal pegang bayi penyu aja takut) :p





Setelah semua kunjungan itu, kami kembali kepenginapan untuk makan siang dan packing karena kami harus pulang pukul tigadengan menggunakan Kapal Kerapu. Karena senin sudah kembali menanti dengansegala tetek bengek pekerjaannya dan tantangan yang tak kunjung habis.

Inti dari post ini adalah, Kepulauan Seribu menjadidestinasi yang worth it untuk sekedar getaway. Harus banget dicoba buat yangmau liburan singkat tapi berasa. Saran dari gue, cobalah dari pulau-pulau dibagian atas gugusan Kepulauan Seribu. Lupakan Pulau Untung Jawa, lupakan PulauBidadari, Pulau Pari masih boleh kalau mau dicoba.

Berikut adalah rincian harga

Kapal Dolphin: Rp 37.000 (termasuk asuransi 2.000) –Berangkat dari Muara Angke
Penginapan: Rp 400.000 / hari (Kapasitas 10 Orang)
Kapal Nelayan: Rp 700.000 / 2 hari (Kapasitas 20 orang)
Alat Snorkling: Rp 35.000 (life jacket, goggle, danpin)
Makan: dari penginapan Rp 20.000 / makan
Beli makan sendiri Rp 15.000 / makan
Kapal Kerapu: Rp 34.000 – Berlabuh di Muara Angke

P.S. Kapal Kerapu yang dulu berangkat dan berlabuh diMarina Bay entah sejak kapan sudah tidak dari dan ke Marina lagi, dengar-dengarkarena biaya parkir kapal di Marina sekarang sangat mahal. Untuk kapal sekelasKerapu (yang masuk golongan ekonomi), tidak sanggup untuk membayar. Jadi,sekarang Kerapu dibuatkan Dermaga terapung di Muara Angke. Untuk mencapaitempat ini, bisa naik odong-odong yang bisa ditemui di terminal Angke, denganongkos Rp 3.000 / orang. Begitupun sekembalinya dari dermaga ini. Jadi sekarangyang mau berlibur dan menyebrang ke Kepulauan Seribu memiliki alternatif kapal.
Kapal Kayu dengan kecepatan rendah bagi mereka yangingin menikmati waktu santai di laut lepas, atau bagi keluarga yang berliburbersama.
Atau Kapal Kerapu dengan kecepatan luar biasa yangbuat amatir seperti gue, bikin nggak bisa tidur karena seringnya kejedot sandaran kursi -_-*. Warning: wanita hamil JANGAN BANGET naik Kerapu, bahaya keguguran.

Semoga post ini berguna bagi kalian yang sedangterpikir untuk lari singkat saat akhir pekan. Yang ingin bertanya-tanya,silakan di kotak komen atau kirim email ke lisnaadwi@gmail.com


Sampai jumpa di post liburan lainnya :)




Cheers and Beer,
Lisnaadwi

You Might Also Like

0 Comments

Instagram

Subscribe