Tika and the Dissidents : “The Headless Songstress”
5:59 PM
Tika (Vocals)
| Susan Agwitanto (Bass) | Okky
Rahman Oktavian (Drums and Toys) |
Luky Annash (Piano and Keyboards). From The Head Records and distributed by Demajors.
Gue kembali sok mengulik album dan kali ini
korban ke-sotoy-an gue adalah album The Headless Songstress dari sebuah band
indie, Tika and the Dissidents.
Tika and the Dissidents adalah another not-one-of-a-kind indie band
asal Jakarta yang mulai berkarya sejak 2009 dan The Headless Songstress ini
merupakan album perdana mereka (cmiiw).
Seperti kebanyakan band indie, Tika and the Dissidents termasuk ke dalam band segmented dengan musik yang seru dan
lirik yang menggoda sekaligus menggambarkan dan sedikit menyindir kehidupan sosial
manusia di masa kini. Satu kata untuk menggambarkan Tika and the Dissidents
adalah GENIUS.
Butuh waktu kira-kira tiga minggu buat gue untuk
akhirnya memutuskan membeli album dengan case
berbahan kain dengan motif kotak-kotak, dalam pilihan warna case merah, ungu, hijau dan kuning ini.
Setelah membawa album ini pulang (gue memutuskan membeli warna kuning) dan
mendengarkan seluruh isinya, gue langsung suka album ini. Musik yang disuguhkan
dari track pertama hingga track 12 sungguh memikat. Seperti yang gue
bilang sebelumnya, musik mereka segmented,
bukan tipe musik yang akan disukai oleh setiap orang yang mendengarkan. Tetapi,
karna pada dasarnya gue adalah orang yang really
easy to please, album ini benar-benar album yang sangat menghibur.
Secara fisik saja, album ini sudah sangat
menghibur. Dibalut dalam sebuah case
berbahan kain, yang di dalamnya ternyata berisi sebuah notebook setebal 2cm (plus
one!). Lalu dimana letak CD album? Di halaman paling akhir, di dalam sebuah
amplop berwarna biru muda. Impressive.
Cover notebook (and the cover art directions
by Kartika Jahja, FYI) tersebut
berupa kolase. Tapi tidak hanya cover,
sekitar sepuluh lembar pertama dalam notebook
tersebut pun dihiasi dengan kolase-kolase cantik (another plus one!) karya Vantiani.
Sepuluh halaman pertama dari notebook berisi segala hal tentang album
“The Headless Songstress”; Tracks of the
album, lirik lagu, acknowledgements.
And the rest of the notebook fills with
empty spaces which can be filled with everything we want (plus one!!). That is a really nice concept. And for me, I’ll keep that spaces
empty until I get the chance to meet all the members of Tika and the Dissidents
then ask them to give their sign on it. Kalau perlu, sekaligus foto bersama
mereka untuk kemudian ditempel juga di situ (Yak! Gue memang senorak itu). I never found before an album that not only
entertaining but also useful (plus
one again!).
Musik dari album “The Headless Songstress” ini
memberikan ketenangan tersendiri buat gue. Dinamika yang diberikan tiap track berbeda, kaya akan bunyi-bunyian
dari trumpet, saxophone, hingga choirs.
Yang membuat gue makin suka album ini, yakni karena album ini dilengkapi dengan
lirik lagu. Memudahkan gue untuk mencerna pesan dibalik setiap lagunya
sekaligus memudahkan gue untuk sing along
to the album.
Seperti yang
juga sudah gue singgung sebelumnya, album ini berisi 12 tracks dengan lirik menyentil dan menggoda (gue suka lagu-lagu
dengan lirik ajaib sarat makna dan gue bahkan menjadikan bagian dari lirik
salah satu lagu dari album ini sebagai URL tumblr gue). Ke-12 tracks itu adalah
Tantang Tirani
Polpot
Venus Empty
20 Hours
Uh Ah Lelah
Red Red Cabaret
Ol’ Dirty
Bastard (featuring Anda)
Infidel
Castratie
Waltz Muram
Tentang Petang
Mayday
Clausmophobia
Dan lirik lagu-lagu tersebut sebagian besar ditulis
oleh Tika sendiri. Dari ke-12 track
tersebut, sulit buat gue memutuskan yang mana yang jadi favorit gue, kalau
harus banget menyebutkan satu, pilihan gue mungkin akan jatuh ke lagu Polpot,
Venus Envy, 20 Hours, Waltz Muram, dan Clausmophobia (eh ini mah bukan satu.
Yak! Ternyata gue memang selabil itu).
Over all, I give 5 of 5 for “The Headless Songstress”
album. The songs are really nice to listen. And the album itself is really
worth it to buy.
Cheers and beer,
Lisnaadwi
1 Comments
Aaak, suka reviewmu, lengkap!
ReplyDeleteSatu lagi yg menunjukan album ini segmented menurutku adalah track 1 mereka yang punya intro mengerikan. Hahaha.